Jalal Mencari Jodha: Cerita Jodha Akbar 217

www.microtrendy.blogspot.com -- Episode cerita Jodha Akbar sebelumnya mengisahkan tentang kesedihan dan penyesalan Jalal atas kepergian Jodha. Ia terus memandangi lukisan Jodha seraya meratapi kesalahan yang dilakukannya. 
Jalal pergi meninggalkan istana untuk mencari Jodha.Hamidah - ibunda Jalal- pun menyalahan Jalal atas kepergian Jodha. Jalal memohon maaf atas kesalahan yang diperbuatnya. Hamidah hanya mau memaafkan jika Jalal dapat membawa Jodha kembali pulang. 

Pada episode ini dikisahkan bagaimana Jalal mencari Jodha.

 

 

Jalal Mencari Jodha

Selain kisah Jalal, ada adegan lain yang nantinya menjadi kisah tentang kehadiran Shehnaz. Kisah ini dimulai dengan Maham Anga yang seringkali mengunjungi tempat misterius. 

Termasuk malam itu, ketika Jalal bersedih atas perginya Jodha, Maham Anga diam-diam pergi ke tempat biasa itu. Tindakan Maham Anga yang mencurigakan ini juga pernah dilakukannya ketika malam perayaan ulang tahun Hosyiar. 

Seperti pada malam-malam sebelumnya, ia menutupi dirinya dengan mantel tebal. Maham Anga terus berjalan tanpa menyadari ada sepasang mata yang mengawasinya. 

Maham terus berjalan ke dalam hutan. Orang yang sedari tadi mengawasinya, yang tak lain Javeda, juga mengikutinya. Namun Javeda kehilangan Maham Anga. Ia menangis karena menyangka Maham sudah diterkam binatang buas di hutan itu. 

Sementara itu, Jalal masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia mondar mandir tanpa tujuan. Pikirannya melayang jauh, melihat setiap kejadian yang sudah berlalu: kejadian-kejadian yang membuatnya menyesal. 

Ia teringat setiap detil gambaran dimana ia telah menuduh Jodha dengan membabi buta. Bayangan Hamida yang marah padanya juga menyambangi pikirannya. 

"Aku tidak pernah menyangka kau begitu terluka karenaku Jodha. Aku menuduhmu, tetapi engkau tetap menjalankan kewajiban-kewajibanmu. Aku sama sekali tidak paham dengan dirimu. Aku tidak mengerti dengan cintamu dan kesetianmu." suara Jalal bergema dalam hatinya. 

"Aku menyakiti hatimu dan membuat celah renggang di antara hubungan kita. Aku berjanji akan menutup celah itu."

**

Di tempat lain Jodha sama sedihnya. Dua insan tersebut sama-sama sedih, sama-sama memendam cinta, sekaligus merasa terluka. Gambar Jodha dan Jalal bergantian saling mengisi pemandangan duka cita. 

Air mata Jodha menitik. Ia seorang diri menahankan beban deritanya. Tidak ada Moti yang dapat mendengarkan keluh kesahnya, tidak ada Salimah yang dapat memberinya saran, ataupun Hamidah yang ucapannya senantiasa menentramkan hatinya. 

"Aku sangat mencintaimu Yang Mulia." Ujar Jodha, "tetapi kau melukai hatiku..." lanjutnya penuh pilu.


**

"Kau adalah seorang raja. Kau tidak boleh terbawa perasaanmu sendiri." Suara Rukaya sama sekali tidak menentramkan hati Jalal.

"Aku sudah berbuat tidak adil..." kata Jalal, "Aku telah melukai hati Jodha. Aku meragukan kesetiaannya, aku menuduhnya, aku, aku begitu malu dengan diriku sendiri..."

Tak lama kemudian datanglah Salima. Ia mengucapkan salam. Lalu berkata, "Apakah kau memanggilku?" 

"Ya. Aku sangat membutuhan pertolonganmu." Ucap Jalal, "Aku meragukan kesetiaan Jodha padahal tidak tahu kebenarannya. Aku marah padanya. Bahkan mengusirnya. Aku menghukumnya." Ujar Jalal, "Tapi kenapa aku yang justru menderita karenanya?"

Salima begitu tenang menghadapi Jalal yang resah. Suara lembutnya mulai mengalun, "Maafkan aku Yang Mulia karena harus mengatakannya. Aku tahu kau berbuat salah kepada Ratu Jodha. Aku juga tahu kau sangat mencintai Ratu Jodha. Karena itulah kau menderita saat ini."

Begitulah Salima mengatakan fakta sebenarnya pada Jalal. Meskipun ia sendiri tahu bahwa Rukaya yang juga berada di sana pastilah tidak menyukai kenyataan ini.

Salimah adalah Ratu yang paling dewasa. Ia telah mencapai kematangan hidup. Itulah sebabnya mudah untuk berbahagia ketika ada orang lain yang bahagia. Ia bersikap sebagai wanita dengan jiwa besar.

Jalalpun selalu meminta pendapat maupun saran dari Salimah untuk setiap  masalah yang tidak dapat diputuskannya seorang diri. Dan kondisi saat ini, Jalal kembali meminta saran Salimah.

"Maafkan aku," ujar Salima ketika Jalal mengharapkan saran darinya," Kali ini aku tidak dapat membantu. Itu adalah masalah suami istri. Tidak baik orang lain mencampuri urusannya.

"Aku tahu kau melukai hati Jodha, begitu pula dengan dirimu, kau terluka dan hanya dirimulah yang dapat mengobati luka itu. Kau salah paham pada Jodha, engkau pula yang harus menyelesaikannya. Kau langsung menghadapi Jodha, bukan orang lain..."

Jalal mendengarkan dengan seksama. Ia tidak pernah sekalipun berkata keras pada Salima, karena kematangan jiwa Salima, ia selalu menghormatinya.

Salimah masih melanjutkan perkataannya, "Kau harus mengungkapkan perasaanmu padanya. Aku paham Jodha pastilah sangat terluka saat ini. Mungkin karena itulah ia pergi meninggalkanmu. Tetapi meskipun dia marah, ia pasti memahami keadaanmu."

Ucapan Salima sedikit menentramkan kegelisahan Jalal. Sepenuhnya ia menerima semua perkataan Salima. Salima masih berkata lagi, "Dia membutuhkanmu saat ini... Engkaulah satu-satunya yang dapat membawanya pulang kembali."

Bahasa tubuh Jalal menunjukan bahwa ia setuju dengan pertakaan Salima. "Kau benar," kata Jalal, "jika aku telah melukainya, maka aku juga yang harus menyembuhkannya."

Mendengar ucapan Jalal, Rukaya merasa terganggu. Ia segera bereaksi, "Ratu Jodha meninggalkan istana ini atas kemauannya sendiri. Mengapa kau harus mengejarnya?"

Seperti biasanya Rukaya memang tidak senang dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Jodha. Namun Salima dengan tenang menjawabnya, "Saat bukan waktunya untuk berdebat. Sekarang waktunya Yang Mulia menyatakan cinta padanya."

"Benar sekali. Aku akan mencarinya. Akupun akan membawanya kembali pulang."

Jalal Pergi Mencari Jodha

Semua persiapan telah selesai. Demi cintanya Jalal akan keluar dari istana. Melangkahkan kakinya demi menemukan permata hati yang paling bercahaya. Mencari satu-satunya wanita yang berhasil menaklukan keangkuhannya.

Ya. Jodha adalah wanita itu. Inilah hari dimana kelak mereka akan merajut kehidupan dengan cinta dan kasih sayang. Menghadapi permasalahan bersama-sama. Dan yang kelak akan menjadikan Jalal sebagai seorang Raja besar.

Jalal menyadari ia termasuk manusia yang harus memperjuangkan cinta. Cinta tidak mengizinkannya bahagia dengan mudah. Ia harus menaklukan rintangannya, menenangkan gelombang badainya, dan pada akhirnya merebut piala kebahagiaan itu.

Cinta itu tidak mudah. Karena ia akan menguji orang-orang yang menyatakannya, apakah cinta itu benar-benar sejati ataukah sekedar ucapan yang akan hilang diterpa angin.

Semua orang mengiringi kepergian Jalal. Kecuali ibunya sendiri. Hamidah hanya menatapnya dari atas. Sebelum berangkat, ia meminta Salima agar menyampaikan permohonan maafnya kepada Ibunya.

Jalal kemudian berpesan kepada para pegawai istana. Terakhir ia memberi salam kepada mereka semua. Lalu pergi dengan kudanya. Hanya Hamida yang tampak masih marah dengan Jalal.

Itulah kisah pencarian Jodha oleh Jalal. Semua orang menatap kepergian Jalal. Maka berjalanlah Jalal menapaki masa depan cintanya.

Terdengar percakapan antara jiwanya dengan jiwa Jodha.

Jalal: Hari ini betapa aku memahami betapa pedihnya menanggung rasa kehilangan. Engkau menyelamatkanku tetapi aku kehilanganmu karena keraguanku.

Jodha: Kau hanya kehilangan diriku. Tetapi aku kehilangan segalanya. Kepercayaan adalah segalanya bagi seorang istri. Kau mencederainya. Maka aku kehilangan segalanya. 

Aku mencemaskan dirimu. Dimana dan bagaimana keadaanmu?

Tetapi aku telah kehilangan rasa takutku semenjak kehilangan orang terpenting yang pernah singgah dalam hidupku. Semenjak kau mengusir diri ini dari hidupmu. Bahkan kini aku tidak tertarik dengan kehidupanku sendiri. Seharusnya engkau mengerti dengan apa yang tidak aku katakan, tapi kau menganggap diamku adalah sebuah kesalahan. Ah, bahkan kau tidak pernah mengerti bahwa aku jatuh cinta padamu. 

Aku salah paham padamu. Kesalahanku telah membuat kita saling menjauh. Tetapi aku menderita karena aku telah jatuh cinta padamu. Diri ini tidak mungkin menerima ada orang lain lebih dekat denganmu daripada aku. Kini satu yang kuinginkan, betapa aku ingin melihatmu...

***

Apa yang akan terjadi selama perjalanan mencari Jodha? Bagaimanakah cara Jalal membuka hati Jodha yang kini dingin membeku? Bagaimanakah Jalal merangkai kata demi meluluhkan kerasnya Jodha?

Akankah Jodha mengakui bahwa bunga cintanya tengah bersemi? Akankah ia mengungkapkan perasaannya tentang cinta yang sedikit demi sedikit membasahi sekujur tubuhnya...?


Inilah kisah insan yang mencari cinta: kisah Jalal mencari Jodha.

Selanjutnya: Perjalanan Cinta Jalal Mencari Jodha